Preloader

Office Address

123/A, Miranda City Likaoli Prikano, Dope

Phone Number

+0989 7876 9865 9
+(090) 8765 86543 85

Email Address

info@example.com
example.mail@hum.com

Ketika Ilmuan Memprediksi Masa Pandemi COVID-19

Ketika Ilmuan Memprediksi Masa Pandemi COVID-19

Berapa
banyak yang positif? Berapa lama pula masa pandemi ini akan berakhir? Dua
pertanyaan klasik yang diutarakan oleh para ilmuwan dalam menghadapi kejadian
luar biasa pandemi COVID-19. Berbagai model diangkat, berbagai metode
digulirkan, berbagai hasil dipaparkan dalam banyak macam media. Ada yang bilang
ribuan saja, puluhan ribu, hingga ratusan ribu masing-masing punya masa yang
berbeda-beda. Mungkin khalayak bertanya, karya siapa gerangan yang dapat dengan
tepat memprediksi kejadian ini?

Mungkin
untuk saat ini tidak satupun ilmuwan yang mau mengacungkan jarinya untuk mengklaim
karyanya yang terbaik. Bukan lempar batu sembunyi tangan, gigih dan gagahnya
para ilmuan dalam memprediksi kejadian ini sungguh luar biasa. Membangun
persamaan matematika dengan kejadian yang masih belum usai belalu bukan perkara
yang enteng. Belum juga bertemu dengan para pembaca yang hanya dibekali dua
pilihan keilmuan, yang ini benar dan yang itu salah tanpa memikirkan proses benar
dan salah atas keilmuannya. Model matematika dan statistika secara khusus,
dibangun untuk membawa kejadian real dalam bentuk persamaan matematika.

Banyak
tujuan berarti dalam setiap model yang dibangun. Khusus model-model yang
diangkat selama pandemi COVID-19 seperti model-model regresi, stokastik,
differensial, dan lainnya pada hakikatnya hanya ingin memprediksikan apa yang
akan kita hadapi kedepan. Prevensi berdasar dibutuhkan untuk membendung
kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di masa yang akan datang. Bukan lancang
mendahului takdir Sang Khalik, karena ilmuwan juga tahu sendi batas
kelimuannya. Sedikit pandangan menarik dikemukakan oleh George E. P. Box seorang pemikir besar dibidang statistik dan digunakan
model-model ilmiah pada umummnya bahwa “All models are wrong, but some are
useful
”. Berdasarkan aforisme tersebut sekiranya dapat dipahami bahwa model
yang dibangun hanyalah bentuk perkiraan atas kejadian yang dimodelkan. Tidak
ada model yang benar-benar tepat dan tegas menunjukkan kebenaran atas suatu.
Namun demikan, adanya usaha dan upaya dalam menyusun metodologi, baik gagasan, asumsi-asumsi,
dan ukuran kebaikan model sekiranya dapat meningkatkan keabsahan model sehingga
dapat berguna. Yang jelas dari seluruh karya para ilmuwan khususnya pemodelan
COVID-19 baik secara tersirat ataupun tersurat menyatakan bahwa harus ada
tindakan preventif untuk mengurangi penyebaran.

Dikala gonjang-ganjing pemberitaan media masa terkait jumlah
pasien yang kian membludak. Belum lagi, kebijakan-kebijakan yang dianggap simpang
siur, tidak konsisten, tidak punya arah yang tegas dan jelas bagaimana cara
mengambil sikap serta pasang badan dalam menanggulangi kondisi ini. Rakyat
tentu turut gaduh, geram, resah, bingung, atau mulai bosan dengan kondisi yang
makin ambigu. Tindakan dan cara preventif yang sejak awal digaungkan hingga
hatam diluar kepala, bisa jadi akan pupus karena beda kepala beda pula tafsirnya.
Mencari kesalahan bukan obat mujarab untuk menyembuhkan semua yang terluka karena
pandemi ini.

Tidak ada yang patut disalahkan, karena setiap insan dibekali
akal untuk dapat memutuskan sikapnya. Benar salahnya sudah barang tentu ada
dalam arti masing-masing. Namun demikian, jika algoritma yang berisi langkah taktis
sudah tidak berjalan, cobalah jalankan rasa. Semua hanyalah masalah ego dan
waktu. Semakin kuat ego kita untuk melanggar, makin besar peluang untuk
terinfeksi dan menginfeksi.

Kondisi
normal yang diharapkan seperti sediakala kemungkinan tidak akan terjadi. Virus
ini jelas merubah wajah dunia. Banyak opsi ditawarkan dalam menghadapi masa
pandemi ini. Memaksimalkan atau
berinovasi dengan teknologi komunikasi adalah contoh tindakan positif yang bisa
dilakukan sembari menunggu hingga vaksin
ditemukan. Namun, hal tersebut tidak dapat dijadikan pilihan utama, mengigat
beberapa sektor di bidang produksi, konsumsi, bahkan jasa yang belum mampu
digantikan oleh teknologi. Memang mutlak adanya, pergerakan jadi syarat
kedihupan. Maka dari itu, amatlah penting untuk membuat langkah-langkah cerdas
dalam mengatur pergerakan. Keberadaan protokol kesehatan serta evaluasinya
harus tetap terjamin baik kuantitas dan kualitasnya. Indonesia adalah negara
besar yang lahir dari semangat kemerdekaan para pendiri bangsa yakni rakyat
Indonesia. Semoga semangat itu tetap ada, walau dalam bentuk berbeda, yakni
merdeka melawan penjajah kasat mata, COVID-19.

Pendidikan Matematika UMBY
Author

Pendidikan Matematika UMBY

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *